Salah satu dilema yang dihadapi oleh pegawai yang sedang tugas belajar adalah: antara segera menyelesaikan perkuliahan secepatnya atau men-delay penyelesaian studi sampai masa tugas belajarnya berakhir. Bagaimanapun juga tugas belajar bagi sebagian orang merupakan kesempatan untuk bisa menikmati hidup di negeri orang, apalagi yang kuliah membawa keluarga. Bagi sebagian lagi, yang homebody, justru jauh dari rumah dan keluarga merupakan tantang yang cukup berat. Hal itu juga terjadi pada saya, saat melanjutkan studi S2 di Universitas Diponegoro, Semarang. Waktu itu saya mendapatkan beasiswa unggulan dari Kemenristekdikti.

Pagi itu di pertengahan tahun kedua kulian, seperti biasa saya menikmati rutinitas pagi dengan berenang di GOR Jatidiri Semarang. Setelah itu biasanya saya pergi ke kampus, untuk menuntaskan revisi tugas akhir, atau hanya sekedar berkumpul dengan teman-teman kuliah sampai sore hari. Kampus Pascasarjana Undip, tempat saya kuliah berada di lokasi strategis di jantung kota Semarang. Tepatnya di kawasan Simpang Lima, pusat perkantoran, perhotelan, dan destinasi wisata kota yang sangat terkenal. Rutinitas tersebut sudah berlangsung selama beberapa bulan terakhir.

Seluruh perkuliahan tatap muka sudah selesai. Tugas akhir/tesis tinggal revisi minor. Disitulah muncul pergulatan di pikiran saya, antara segera menyelesaikan perkuliahan, atau men-delay penyelesaian tugas akhir. Setelah dikalkulasikan, penghasilan saya akan berkurang separonya jika saya segera menyelesaikan kuliah dan pulang ke Padang.

Saat ini masa-masa saya menikmati enaknya menjadi mahasiswa tugas belajar. Tahun-tahun sulit selama menjalani tugas belajar sudah berlalu. Perekonomian saya sudah mulai membaik. Walaupun dengan status tugas belajar, saya merasa penghasilan yang diperoleh sudah lebih dari cukup. Selain gaji pokok, saya juga mendapatkan tunjangan tugas belajar, mulai dari uang bulanan, biaya transportasi, dan uang buku. Kalau dikalkulasikan jumlahnya melebihi dari gaji pokok.

Disamping itu pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk memberikan tunjangan kinerja kepada pegawai kementerian dan lembaga pemerintah, yang kisaran jumlahnya sebesar gaji pokok. Syukurnya, untuk tendik yang sedang tugas belajar seperta saya, juga mendapatkan tunjangan kinerja, walupun besarannya hanya 75%. Kalau saya kalkulasikan penghasilan yang saya terima cukup jauh melebihi yang diperoleh teman-teman yang aktif bekerja. Disamping itu saya juga mendapatkan tambahan penghasilan lain dari usaha kecil-kecilan di Semarang, untuk mencari kesibukan istri.

Setelah dipertimbangkan dengan matang, akhirnya saya memutuskan untuk segera menuntaskan perkuliahan. Bagaimanpun juga saya sudah hampir 3 tahun meninggalkan kampus. Sudah cukup banyak kemudahan-kemudahan yang saya dapatkan pada saat mengurus izin kuliah. Sekaranglah saatnya kesempatan saya untuk mengabdi dan menerapkan ilmu yang sudah saya dapatkan.

Berat memang, tapi itulah hidup, tidak semuanya harus sesuai dengan keinginan dan kehendak kita. Akhirnya saya menuntaskan perkuliahan dalam jangka waktu 1 tahun 8 tahun, dengan predikat Cum Laude. Sebenarnya ada opsi lain, selain pulang ke Padang, yaitu melanjutkan studi ke jenjang S3. Kesempatan itu-pun sangat terbuka, karena pada saat pulang mengikuti wisuda saya satu pesawat dengan Rektor Unand. setelah saya sampaikan studi saya sudah selesai, beliau langsung menawarkan untuk langsung melanjutkan kuliah S3.

Sesampai di Padang, saya langsung menemui dekan FISIP Unand, tempat saya bernaung. Pada saat itu saya sampaikan bahwasanya saya berterima kasih sudah diberi kesempatan untuk menlanjutkan studi. Oleh karena itu sekarang saatnya saya berkomitmen untuk menerapkan ilmu yang saya dapatkan untuk kemajuan FISIP Unand.

Ternyata pengorbanan saya tidak sia-sia. Setahun setelahnya saya terpilih menjadi Tenaga Administrasi Akademik terbaik Unand. Puncaknya pada tahun berikutnya, tepatnya tahun 2016, saya menjadi Tenaga Administrasi Akademik Berprestasi Tingkat Nasional yang diadakan oleh Kemenristek Dikti. Lomba dan penganugerahannya dilakukan di Grand Hotel Preanger Bandung. Gelar ini merupakan puncak prestasi, dan penghargaan paling berkesan dalam hidup saya.

Semua itu tidak terlepas dari pengorbanan dan komitmen yang sudah ditanamkan sejak saya pulang dari melanjutkan studi S2. Tidak mudah sebenarnya, untuk menggapainya. Saya terkadang harus membawa pulang pekerjaan, dan begadang tengah malam untuk membuat inovasi-inovasi yang bisa membantu memudahkan dalam menjalankan tugas di kantor. Akhirnya saya berhenti di satu kesimpulan, bahwasanya tidak ada pengorbanan yang sia-sia, karena semua akan indah pada waktunya.

Tinggalkan komentar

Sedang Tren